Janji Adalah Utang

Kejujuran memang menempati urutan teratas dalam melakukan kegiatan berbisnis. Kepercayaan akan menjadi tinggi bila masing-masing pihak memegang kejujuran. Kejujuran yang berbuah kepercayaan menjadi landasan terjadinya hubungan kemitraan bisnis. Memang menggiurkan mendapatkan keuntungan dengan melanggar kejujuran, tidak ada etika yang harus dipertimbangkan di dalamnya. Hasilnya ? Tak akan membuat bisnis kita berkembang dan tumbuh menjadi besar, bahkan ada kemungkinan akan menguncup, mengering, dan akhirnya mati.

Keuntungan memang akan didapat ketika ketidak-jujuran diambil sebagai sebuah pilihan. Sayangnya, keuntungan itu hanya datang sekali, sementara bisnis jujur akan menyedot banyak keuntungan berulang kali. Jelas sudah bahwa ketidak-jujuran akan membuat jalannya bisnis menjadi tidak aman.

Selain kejujuran dalam etika bisnis, hal lainnya adalah memenuhi janji yang sudah diucapkan oleh pebisnis terhadap mitra atau konsumennya. Dari sisi konsumen, janji merupakan utang yang sewaktu-waktu akan ditagih oleh si konsumen. Celakanya pebisnis terkadang lupa atau memang melupakan janji yang sudah diucapkannya. Lupa atau melupakan janji memang sangat mudah, tapi akibatnya sangat fatal.

Apalagi janji itu ditagih, ada saja alasan yang diberikan. Bak seperti seorang pesilat yang terus berkelit dari serangan musuhnya, pebisnis ini terkesan berupaya melarikan diri dari jajinya. Jika beberapa kali penagihan janji tak bisa mewujudkan kenyataan, berakhir pula bisnis yang dibuat oleh pelakunya.

Janji adalah janji tidak bisa ditawar dan dilupakan. Permintaa maaf karena telah lupa atau meupakan janji tak serta-merta akan dapat menumbuhkan kepercayaan lagi. Kadar kepercayaan konsumen atau mitra kerja akan berkurang banyak, dan bukanlah urusan yang mudah untuk menaikan kadar kepercayaan itu.

#tda #ukmmedan #janjiadalahhutang #komunitassosial

 www.tdamedan.org 

sumber : iskandarst.com