KOMUNITAS TANGAN DI ATAS MEDAN

Search This Blog

Powered by Blogger.

Sponsorship

http://www.narsisdigitalprinting.com/
http://www.narsiseducation.com/

Pelopor untuk Ajak Perempuan Melek IT

Pelopor untuk Ajak Perempuan Melek IT
MedanBisnis - Medan. Jika Anda pernah menonton drama televisi Jepang yang berjudul Asa ga kita, pasti Anda familiar dengan kisah pejuang emansipasi wanita Asa Shiraooka yang menjadi pendiri perguruan tinggi perempuan pertama di negerinya.
Perjalanan hidupnya mengungkapkan perjuangan berat seorang perempuan untuk memberikan pendidikan tinggi bagi kaumnya. Perjuangan seorang istri dalam meneruskan bisnis keluarga suaminya yaitu perusahaan penukar uang dan kemudian menjadi bank pada masa awal Restorasi Meiji itu, sudah banyak membuat orang berdecak kagum, mengingat Asa tidak mengenyam pendidikan secara formal, tetapi belajar dengan magang pada perusahaan keluarga.
Ia menjadi pelopor pengusaha pada waktu itu mempekerjakan perempuan untuk menjadi karyawan di bank milik keluarganya, dan kemudian menjadi pendiri perguruan tinggi putri. Dalam kehidupan nyata, banyak perempuan yang menghadapi situasi pelik seperti dalam drama televisi Jepang itu.
Salah satunya adalah Agnes Irwanti, Direktur Pengembangan dan Strategi Bisnis sekaligus co-founder perusahaan Multicom Global Mediatama. Dia terus-terang mengaku sempat mengalami fase-fase memilih mendedikasikan hidup sebagai seorang ibu secara full time untuk mendampingi putrinya dalam masa awal pertumbuhan. Tahap tersebut dilalui hingga sang putri menyetujui ibunya kembali aktif bekerja di luar rumah.
Selain itu, Agnes juga mengatakan dalam hidup berkeluarga, ada fase-fase dimana dia harus tunduk atas otoritas suami sebagai kepala keluarga. "Saya pernah meninggalkan pekerjaan ketika suami mengatakan bahwa beban pekerjaan saya telah melampaui batas," kata perempuan yang ditetapkan sebagai penerima penghargaan The Most Inspiring Women in Engineering Asia Pacific tahun 2011 oleh IEEE, seperti dikutip dari situs ayopreneur, Rabu (8/2).
Pengalaman tersebut membuat Agnes selalu menaruh respek terhadap perempuan yang bisa konsisten dan maju dalam pekerjaan, karena menurutnya sesungguhnya para perempuan itu harus "berakrobat" untuk menjalankan multiperan sebagai perempuan bekerja, istri, dan ibu sekaligus.
Salah satu alasan perempuan untuk bekerja di luar rumah dan mengejar pendapatan adalah menopang kebutuhan finansial keluarga, meskipun dalam kultur masyarakat Indonesia bahkan juga bangsa-bangsa lain, tanggung jawab mencari nafkah bukan menjadi kewajiban perempuan.
"Banyak aspek yang mempengaruhi tuntutan finansial di zaman ini, dan tentunya akan sulit jika hanya mengandalkan pendapatan dari kepala keluarga," kata wanita yang menjadi kandidat doktor di sekolah bisnis Institut Pertanian Bogor (IPB) mengenai fenomena perempuan mencari nafkah dengan bekerja di luar rumah.
Menurutnya, akan lebih baik jika perempuan atau ibu rumah tangga juga berkelakuan produktif, karena selain untuk keuntungan keluarganya, jika dilihat secara makro, tentunya juga akan berdampak positif bagi negara karena dapat mendongkrak pendapatan domestik.
Sebagai sosok yang menggeluti bidang teknologi informasi, bidang yang secara tradisi didominasi pria, Agnes memandang bahwa perempuan mempunyai kesempatan yang sama dengan laki-laki untuk memilih bidang pekerjaannya.
"Kalau kita percaya Tuhan maha adil dan menciptakan manusia baik adanya, maka tentu tidak ada perbedaan kemampuan antara laki-laki dengan perempuan dalam mengikuti perkembangan teknologi. Sejarah juga mencatat inventor perempuan seperti Beulah Louise Henry, Hedy Lamarr, Edith Clarke, dan deretan inventor perempuan di ranah teknologi lainnya memiliki kontribusi dalam perkembangan teknologi. Hal ini menunjukkan bahwa perempuan memiliki kemampuan yang sama dengan kaun laki-laki," katanya menegaskan.
Selanjutnya Agnes menambahkan bahwa kaum perempuan sendiri harus yakin akan kemampuannya, dan tidak segan-segan untuk terus belajar guna mengembangkan kemampuan diri.
"Suatu saat ketika mengajar mengenai peningkatan kapasitas perempuan dalam teknologi informasi dan komunikasi, tidak jarang saya mendapati pegawai pemerintah untuk membuat alamat email saja harus dibuatkan oleh staf IT di kantor tempatnya bekerja, celakanya dia tidak mengganti password yang diberikan oleh staf IT di kantor tersebut," ujar perempuan kelahiran Yogyakarta itu tertawa geli mengingat peristiwa tersebut.
"Pendek kata perempuan juga harus memiliki attitude yang benar dalam menyikapi perkembangan teknologi," katanya lagi.
"Saya mengutamakan mempersiapkan masa depan anak saya, agar dia dapat mandiri dan mampu memberikan kehidupan yang prima untuk dirinya dan keluarganya. Seperti halnya dalam kepemimpinan, seorang pemimpin yang sukses adalah mereka yang mampu melakukan kaderisasi dan regenerasi. Masa depan orang tua adalah kesuksesan dari anak-anaknya," ujar perempuan berkulit kuning langsat dan murah senyum itu pula.
Namun dia menyadari bahwa upaya itu tidak mudah, karena setiap anak mempunyai keinginan sendiri untuk masa depannya, sehingga cara yang ditempuhnya adalah memberikan contoh dan integritas.
"Ketika saya mengharapkan anak untuk menuntut ilmu setinggi-tingginya sebagai bekalnya pada masa mendatang, maka saya juga harus memberikan contoh," kata sarjana Sastra China dari Universitas Indonesia itu pula.
"Saat ini fokus saya adalah bidang edukasi karena saya percaya edukasi akan membawa dampak perubahan yang besar walaupun hasilnya baru akan dilihat dalam jangka waktu panjang," ujarnya.
Kepedulian terhadap perempuan ditunjukkan oleh Agnes dengan berkolaborasi bersama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPA).
Dia menjadi tenaga pengajar sukarela dalam pelatihan program peningkatan kapasitas perempuan dalam teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang dilaksanakan pada 14 provinsi, beberapa tahun yang lalu.
Pada kegiatan itu, Agnes menjadi pelopor untuk membagikan pengetahuan melalui pelatihan bagi kaum perempuan yang terpinggirkan, untuk melek IT dan dapat memanfaatkannya guna meningkatkan taraf hidup mereka.
Selanjutnya Agnes bergabung dalam IEEE Women in Engineering yang kegiatannya antara lain mendorong kaum perempuan untuk "tidak takut" berkarir di bidang engineering.
Aktivitas itu menuntut Agnes untuk tampil sebagai pembicara dalam berbagai seminar dan pelatihan, baik di universitas maupun organisasi profesi di dalam negeri dan luar negeri, untuk memberikan coaching dan lecturing mengenai entrepreneurship.
Ia juga kerap ditunjuk menjadi wakil Indonesia dalam beberapa konferensi, antara lain pada forum Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC), dan sekarang menikmati peran sebagai dosen tamu pada kapita selekta di IPB, Universitas Telkom, dan juga UGM.
Pada tahun 2016, Agnes didaulat menjadi pembicara kunci untuk acara Women in Engineering Global Summit di Bengaluru (Bangalore), India pada 24 Agustus, dan beberapa forum lain. Dalam menjalani hidup, Agnes Irwanti memegang prinsip untuk bisa menjadi sosok yang "berguna bagi sesama". Suatu cita-cita yang bermakna luas.
Mengamati perjalanan karir para perempuan di Indonesia saat ini, Agnes berpendapat bahwa tantangan yang terbesar bagi perempuan dalam berkarir adalah menghadapi "diri sendiri", bukan orang lain.
"Kemampuan personal dalam mengelola eksistensi pada berbagai peran tentu memerlukan rasa percaya diri dan kapabilitas pengetahuan. Jika perempuan mampu menaklukkan diri sendiri dan mengelola perannya dengan baik, maka dia akan bahagia dan produktif dalam peran-peran yang diembannya," kata Agnes Irwanti pula. (apc)

#TDA #IT #UKMMEDAN #KOMUNITASSOSIAL
WWW.TDAMEDAN.ORG
SUMBER : MEDANBISNISDAILY.COM
Previous 7 kalimat sakti dari teman Next Disperindag Sumut Fokus Tingkatkan UKM

No comments:

Post a Comment

SEKRETARIAT

Jl. Kapten Muslim No. 75A Medan - Sumatera Utara - Indonesia (Resto Kampung Deli) Contact: Phone: 0822 8308 3694 PIN BBM: 5F668994 Email: medantda@gmail.com

TDA PEDULI

Salurkan Infaq anda ke:
Bank Syariah Mandiri
A.n:
Komunitas TDA Medan
No. rek 7088026467