Output Yang Baik berawal dari PIKIRAN yang BAIK
PIKIRAN JELEK menghasilkan OUTPUT YANG JELEK
Apa kabar?
Akhir-akhir ini, kalau aku bertanya pada seseorang, “Apa kabar?”
Hampir niscaya jawabannnya,”Kabar baik, tapi…..”
“Tapi…….”, kalimat-kalimat berikutnya dibelakang “tapi” inilah yang menakutkan, yang sering kali justru menunjukkan bahwa “KABAR SANGAT TIDAK BAIK”.Namun seorang sahabat, pengusaha, justru punya cerita lain, jawaban kawan ini sangant membesarkan hati dan menginspirasi saya menulis posting ini.
“Saya optimistis menjalani semua keadaan ini. Karena saya sering kali justru menuai sukses pada saat krisis. Jadi mau diapakan lagi? Yang mengalami krisis kan orang banyak, jadi lebih baik mencari jalan keluar dari pada membuang waktu untuk menangis dan marah-marah.”
Hampir niscaya jawabannnya,”Kabar baik, tapi…..”
“Tapi…….”, kalimat-kalimat berikutnya dibelakang “tapi” inilah yang menakutkan, yang sering kali justru menunjukkan bahwa “KABAR SANGAT TIDAK BAIK”.Namun seorang sahabat, pengusaha, justru punya cerita lain, jawaban kawan ini sangant membesarkan hati dan menginspirasi saya menulis posting ini.
“Saya optimistis menjalani semua keadaan ini. Karena saya sering kali justru menuai sukses pada saat krisis. Jadi mau diapakan lagi? Yang mengalami krisis kan orang banyak, jadi lebih baik mencari jalan keluar dari pada membuang waktu untuk menangis dan marah-marah.”
Lihatlah ke diri sendiri
Lihatlah ke diri sendiri, dan lihat pulalah posting-posting di blog-blog saat ini. Akan kita temukan bahwa ada LEBIH banyak orang yang selalu hidup dalam keluhan, sinis, dan menyalahkan semua hal disekelilingnya.
Korupsi, BBM naik, birokrasi tidak becus, kompetisi bisnis tidak etis, listrik mati hidup, pemerintah kurang tegas, beras mahal, beli minyak goreng susah, kemiskinan merebak, global warming, pendidikan tidak bagus, keamanan tidak terjamin, pembunuhan, perampokan, acara televisi busuk, sampai ke soal SMS santet segala. Semua persoalan negeri dan masalah pribadi bercampur aduk. Seakan-akan semua kekacauan dan cerita ini hanya ada disini dan menimpa dirinya sendiri semata.
Lihatlah ke diri sendiri, dan lihat pulalah posting-posting di blog-blog saat ini. Akan kita temukan bahwa ada LEBIH banyak orang yang selalu hidup dalam keluhan, sinis, dan menyalahkan semua hal disekelilingnya.
Korupsi, BBM naik, birokrasi tidak becus, kompetisi bisnis tidak etis, listrik mati hidup, pemerintah kurang tegas, beras mahal, beli minyak goreng susah, kemiskinan merebak, global warming, pendidikan tidak bagus, keamanan tidak terjamin, pembunuhan, perampokan, acara televisi busuk, sampai ke soal SMS santet segala. Semua persoalan negeri dan masalah pribadi bercampur aduk. Seakan-akan semua kekacauan dan cerita ini hanya ada disini dan menimpa dirinya sendiri semata.
DBT vs ABT
Marilah kita melihat dari sisi lain. Ada isltilah DBT (Deficit Based Thingking). Yaitu melihat sesuatu dengan kacamata pesimistis yang buruk dan jelek, maka seluruh mekanisme tubuh akan meresponnya untuk terbawa kekondisi buruk dan jelek tersebut. Akibatnya, hidup ini menjadi kelabu, jauh dari senyum, kusam, lesu tanpa gairah.
Sebaliknya, bila kita melihat segala sesuatu dengan cara indah dan bagus, atau secara Asset Based Thinking (ABT), maka seluruh perasaan akan terbawa ke situasi yang cerah, peluang dan kesempatan terbuka, kreatifitas bisa jadi tanpa batas, dan selalu bersemangat untuk menemukan jalan keluar yang lebih baik.
Marilah kita melihat dari sisi lain. Ada isltilah DBT (Deficit Based Thingking). Yaitu melihat sesuatu dengan kacamata pesimistis yang buruk dan jelek, maka seluruh mekanisme tubuh akan meresponnya untuk terbawa kekondisi buruk dan jelek tersebut. Akibatnya, hidup ini menjadi kelabu, jauh dari senyum, kusam, lesu tanpa gairah.
Sebaliknya, bila kita melihat segala sesuatu dengan cara indah dan bagus, atau secara Asset Based Thinking (ABT), maka seluruh perasaan akan terbawa ke situasi yang cerah, peluang dan kesempatan terbuka, kreatifitas bisa jadi tanpa batas, dan selalu bersemangat untuk menemukan jalan keluar yang lebih baik.
Manusia memang tidak bisa menentukan 100% seperti apa hasil pekerjaannya. Tetapi saya yakin, dengan keterampilan dan semangat, motivasi yang bagus, serta itikad baik, akan lebih besar pula kemungkinannya untuk menghasilkan sesuatu yang baik dan berguna.Karena segala sesuatu itu tergantung dengan apa yang kita niatkan, pikirkan dan kita rasakan. Maka sering kali,bahkan hampir selalu, PIKIRAN JELEK menghasilkan OUTPUT YANG JELEK.
Maka, sepertinya lebih baik bangkit dan optimistis selalu untuk menghadapi situasi yang sedang memburuk ini. Badai pasti berlalu……semoga……
Maka, sepertinya lebih baik bangkit dan optimistis selalu untuk menghadapi situasi yang sedang memburuk ini. Badai pasti berlalu……semoga……
PEKERJAAN PALING SIA-SIA ADALAH:
MELAKUKAN SESUATU DENGAN SANGAT EFISIEN, PADAHAL SEBENARNYA PEKERJAAN ITU TAK PERLU DILAKUKAN
MELAKUKAN SESUATU DENGAN SANGAT EFISIEN, PADAHAL SEBENARNYA PEKERJAAN ITU TAK PERLU DILAKUKAN
================================
Terimakasih khusus pada:
Bapak Agung Prasetyo (dari kompas gramedia), tulisan bapak sangat menginspirasiku…..
Terimakasih khusus pada:
Bapak Agung Prasetyo (dari kompas gramedia), tulisan bapak sangat menginspirasiku…..
#tda #mindset #ukmmedan #komunitassosial
www.tdamedan.org
sumber : kampungwirausaha.com
No comments:
Post a Comment